Ada sebuah cerita membosankan yang
selalu kudengar ketika aku kecil. Cerita ini hanya cerita sederhana
tentang seorang anak perempuan bernama coraline dan adik laki-lakinya
bernama sherra. Ibunya bernama mira dan ayahnya bernama conner. Ini
kisah mereka yang sederhana dan membosankan, kau boleh berhenti membaca
bila kau sudah merasa bosan.
Pada suatu hari dikota kecil disudut
kota tua, terdapat sebuah rumah sederhana dan benar-benar amat
sederhana. Hanya ada dua kamar disana, satu untuk coraline dan adik
laki-laki-nya dan satunya lagi untuk orangtua mereka. Dirumah yang
sempit itu hanya ada mereka berempat. Ayahnya akan mulai berangkat
berkebun dari subuh hari, dan ibunya akan pergi berdagang dipasar dari
pagi hingga sore hari. Malam mereka akan berkumpul dimeja dapur untuk
makan malam. Begitulah kehidupan mereka setiap harinya, apakah kau mulai
merasa bosan? Aku sudah ingatkan bahwa ini hanya cerita sederhana dan
membosankan. Belum terlambat untukmu untuk mengabaikan cerita ini. Akan
kulanjutkan kisah coraline dan adik laki-laki-nya.
Suatu malam dimalam malam yang tidak
biasanya, coraline terbangun dari tidurnya karna haus. Ketika ia keluar
dari kamarnya, tak sengaja coraline mendengar suara keributan dan
tangis yang ditahan dari kamarnya. “Apakah ibu mimpi buruk?”, pikirnya.
Segera ia mengintip dari lobang kunci kamar orangtuanya. Apa kau sudah
mengira-ngira apa yang dilihatnya? Menurutmu apa yang dilihat coraline
dari balik lobang kunci yang hanya terlihat dengan satu matanya?
“Plaaak… Buuuggg… Plaaakkk…
Buuuggg…”, bagai mimpi buruk coraline melihat ayahnya memukuli dan
menampar ibunya. Disana ibunya hanya diam dan memohon ampun, tidak jelas
apa yang terjadi disana, tapi sejenak ia mendengar kata-kata yang tidak
pernah ia dengar. Perempuan murahan. Pelacur jalanan. Wanita tak
berguna. Kata-kata apa itu? Kenapa ayahnya berkata seperti itu? Kenapa
ayah memukul ibu?
“Ayah… Ada apa?”, terlambat.
Coraline yang ingin menolong ibunya baru menyadari bila ia telah
melakukan kesalahan yang akan disesalinya seumur hidupnya. Beberapa
detik sebelum tatapan ayahnya yang bengis memandangnya, tiba-tiba sebuah
benda mengenai keningnya hingga berdarah. Asbak, ya benar. Itu asbak
ayah yang biasa dipakai. Suara jeritan ibunya memohon ampun tidak
digubris. Ibu dan anak dihajar habis-habis-an. Begitulah, malam itu
adalah awal mimpi buruk yang panjang yang harus dilalui mereka.
**
Kini coraline lulus SMA, tidak ada
yang berubah dari keluarga mereka sejak awal mereka dipukul ayahnya yang
pemabuk. Adik laki-lakinya kini menjadi sosok remaja yang sangat
pendiam dan tertutup. Hari-hari-nya hanya diam didalam kamar, takut
bertemu ayah dan bosan kepada ibu. Berkali-kali mereka meminta agar
ibunya mau meninggalkan ayah mereka, tapi ibunya hanya diam dan menerima
saja perlakuan buruk dari ayahnya.
“Ibu, apa kau sayang pada kami?”, tanya coraline siang itu.
“Tentu saja ibu sayang pada kalian,”.
“Apa ibu suka bila kami dihajar ayah setiap hari?”.
“Ayahmu sebenarnya baik”.
“Apa ibu begitu mencintai ayah?”.
“…”.
“Jika seandainya ayah mengatakan ia
akan berlaku baik pada ibu dengan syarat kami dijual jadi pelacur.
Apakah ibu akan menjual kami?”.
“…”.
“Ibu?”.
“… Ibu tidak tahu”.
**
“Sherra, kakak akan pergi malam ini. Apa kau yakin tidak mau ikut?”.
“Aku tidak tahu”.
“Apa kau sedih karna kakak akan pergi?”.
“…”.
“Kau tahu-kan betapa kakak sayang padamu? Kakak tidak meninggalkanmu. Tapi kakak tidak tahan lagi hidup seperti ini”.
“Tapi kau meninggalkanku”.
“…”.
“Apa kau mau kita berdoa bersama untuk yang terakhir kalinya?”. Coraline meraih tangan adiknya, sherra.
“Ayo kita berdoa”.
“Allah yang maha baik, malam ini adalah malam terakhir kami berdoa bersama. Kami hanya ingin mendoakan ibu. Tolonglah agar ibu tidak mencintai ayah lagi. Tolonglah agar ibu lebih mengenal-Mu dan mencintai-Mu jauh lebih besar daripada mencintai ayah. Tidak apa-apa bila ibu nantinya akan lebih memilih-Mu daripada kami, setidaknya kami tahu bahwa Kau tidak mungkin mengkhianati ibu dan membiarkannya terluka. Kami tahu masih banyak doa anak-anak lain yang ingin Engkau kabulkan, karena itu kami akan bersabar dan tidak akan mengubah doa kami sampai Engkau mengabulkannya. Terimakasih telah menolong kami, ayah belum memukul kami hari ini. Maaf kami selalu mengganggu jam tidur-Mu, selamat malam Tuhan. Selamat tidur, amin”.
Malam itu Coraline-pun pergi
meninggalkan keluarganya, ditatapnya jendela kamar mereka. Disana
adiknya berdiri dengan wajah sedih menatap kepergiannya melewati
malam-malam sunyi dan hening. Ia akan memulai kehidupan berikutnya tanpa
kakaknya. Begitulah ceritanya. Menurutmu apa yang selanjutnya terjadi?
Apakah kau sedang membayangkan akhir yang bahagia? Ataukah kau sedang
menebak kisah ini akan berakhir suram dan tragis? Kau mungkin bukan
coraline, kau mungkin merasa kisah ini terlalu sederhana dan
membosankan. Sedari awal sudah kukatakan bahwa ini hanya cerita
membosankan dan menyedihkan, kau tak perlu membacanya hingga akhir.
*** TAMAT ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar