Kamis, 13 Juni 2013

Keluarga Coraline dan Cerita yang Membosankan

Ada sebuah cerita membosankan yang selalu kudengar ketika aku kecil. Cerita ini hanya cerita sederhana tentang seorang anak perempuan bernama coraline dan adik laki-lakinya bernama sherra. Ibunya bernama mira dan ayahnya bernama conner. Ini kisah mereka yang sederhana dan membosankan, kau boleh berhenti membaca bila kau sudah merasa bosan.
Pada suatu hari dikota kecil disudut kota tua, terdapat sebuah rumah sederhana dan benar-benar amat sederhana. Hanya ada dua kamar disana, satu untuk coraline dan adik laki-laki-nya dan satunya lagi untuk orangtua mereka. Dirumah yang sempit itu hanya ada mereka berempat. Ayahnya akan mulai berangkat berkebun dari subuh hari, dan ibunya akan pergi berdagang dipasar dari pagi hingga sore hari. Malam mereka akan berkumpul dimeja dapur untuk makan malam. Begitulah kehidupan mereka setiap harinya, apakah kau mulai merasa bosan? Aku sudah ingatkan bahwa ini hanya cerita sederhana dan membosankan. Belum terlambat untukmu untuk mengabaikan cerita ini. Akan kulanjutkan kisah coraline dan adik laki-laki-nya.
Suatu malam dimalam malam yang tidak biasanya, coraline terbangun dari tidurnya karna haus. Ketika ia keluar dari kamarnya, tak sengaja coraline mendengar suara keributan dan tangis yang ditahan dari kamarnya. “Apakah ibu mimpi buruk?”, pikirnya. Segera ia mengintip dari lobang kunci kamar orangtuanya. Apa kau sudah mengira-ngira apa yang dilihatnya? Menurutmu apa yang dilihat coraline dari balik lobang kunci yang hanya terlihat dengan satu matanya?
“Plaaak… Buuuggg… Plaaakkk… Buuuggg…”, bagai mimpi buruk coraline melihat ayahnya memukuli dan menampar ibunya. Disana ibunya hanya diam dan memohon ampun, tidak jelas apa yang terjadi disana, tapi sejenak ia mendengar kata-kata yang tidak pernah ia dengar. Perempuan murahan. Pelacur jalanan. Wanita tak berguna. Kata-kata apa itu? Kenapa ayahnya berkata seperti itu? Kenapa ayah memukul ibu?
“Ayah… Ada apa?”, terlambat. Coraline yang ingin menolong ibunya baru menyadari bila ia telah melakukan kesalahan yang akan disesalinya seumur hidupnya. Beberapa detik sebelum tatapan ayahnya yang bengis memandangnya, tiba-tiba sebuah benda mengenai keningnya hingga berdarah. Asbak, ya benar. Itu asbak ayah yang biasa dipakai. Suara jeritan ibunya memohon ampun tidak digubris. Ibu dan anak dihajar habis-habis-an. Begitulah, malam itu adalah awal mimpi buruk yang panjang yang harus dilalui mereka.
**
Kini coraline lulus SMA, tidak ada yang berubah dari keluarga mereka sejak awal mereka dipukul ayahnya yang pemabuk. Adik laki-lakinya kini menjadi sosok remaja yang sangat pendiam dan tertutup. Hari-hari-nya hanya diam didalam kamar, takut bertemu ayah dan bosan kepada ibu. Berkali-kali mereka meminta agar ibunya mau meninggalkan ayah mereka, tapi ibunya hanya diam dan menerima saja perlakuan buruk dari ayahnya.
“Ibu, apa kau sayang pada kami?”, tanya coraline siang itu.
“Tentu saja ibu sayang pada kalian,”.
“Apa ibu suka bila kami dihajar ayah setiap hari?”.
“Ayahmu sebenarnya baik”.
“Apa ibu begitu mencintai ayah?”.
“…”.
“Jika seandainya ayah mengatakan ia akan berlaku baik pada ibu dengan syarat kami dijual jadi pelacur. Apakah ibu akan menjual kami?”.
“…”.
“Ibu?”.
“… Ibu tidak tahu”.
**
“Sherra, kakak akan pergi malam ini. Apa kau yakin tidak mau ikut?”.
“Aku tidak tahu”.
“Apa kau sedih karna kakak akan pergi?”.
“…”.
“Kau tahu-kan betapa kakak sayang padamu? Kakak tidak meninggalkanmu. Tapi kakak tidak tahan lagi hidup seperti ini”.
“Tapi kau meninggalkanku”.
“…”.
“Apa kau mau kita berdoa bersama untuk yang terakhir kalinya?”. Coraline meraih tangan adiknya, sherra.
“Ayo kita berdoa”.
“Allah yang maha baik, malam ini adalah malam terakhir kami berdoa bersama. Kami hanya ingin mendoakan ibu. Tolonglah agar ibu tidak mencintai ayah lagi. Tolonglah agar ibu lebih mengenal-Mu dan mencintai-Mu jauh lebih besar daripada mencintai ayah. Tidak apa-apa bila ibu nantinya akan lebih memilih-Mu daripada kami, setidaknya kami tahu bahwa Kau tidak mungkin mengkhianati ibu dan membiarkannya terluka. Kami tahu masih banyak doa anak-anak lain yang ingin Engkau kabulkan, karena itu kami akan bersabar dan tidak akan mengubah doa kami sampai Engkau mengabulkannya. Terimakasih telah menolong kami, ayah belum memukul kami hari ini. Maaf kami selalu mengganggu jam tidur-Mu, selamat malam Tuhan. Selamat tidur, amin”.

Malam itu Coraline-pun pergi meninggalkan keluarganya, ditatapnya jendela kamar mereka. Disana adiknya berdiri dengan wajah sedih menatap kepergiannya melewati malam-malam sunyi dan hening. Ia akan memulai kehidupan berikutnya tanpa kakaknya. Begitulah ceritanya. Menurutmu apa yang selanjutnya terjadi? Apakah kau sedang membayangkan akhir yang bahagia? Ataukah kau sedang menebak kisah ini akan berakhir suram dan tragis? Kau mungkin bukan coraline, kau mungkin merasa kisah ini terlalu sederhana dan membosankan. Sedari awal sudah kukatakan bahwa ini hanya cerita membosankan dan menyedihkan, kau tak perlu membacanya hingga akhir.
*** TAMAT ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar