Jumat, 14 Juni 2013

Status dan Peranan Sosial

Dalam sosiologi, terdapat stratifikasi sosial yang dapat kita jabarkan unsur-unsurnya. Unsur-unsur stratifikasi sosial itu sendiri ada dua yakni status sosial dan peranan sosial. Status sosial dan peranan sosial merupakan unsur penentu bagi penempatan seseorang dalam masyarakat. Kedudukan dapat memberikan pengaruh, kehormatan, kewibawaan pada seseorang, sedangkan peranan merupakan sikap tindak seseorang yang menyandang status dalam kehidupan masyarakat.
STATUS SOSIAL
Menurut Mayor Polak ( 1979 ), status dimaksudkan sebagai kedudukan sosial seorang oknum dalam masyarakat maupun kelompok. Status mempunyai dua aspek, yakni aspeknya agak stabil, dan kedua aspeknya yang lebih dinamis. Polak mengatakan bahwa status mempunyai aspek struktural dan fungsional. Pada aspek uang pertama sifatnya hirarkis, artinya mengandung perbandingan tinggi atau rendahnya secara relatif terhadap status-status lain. Sedangkan aspek yang kedua dimaksudkan sebagai peranan sosial ( social role ) yang berkaitan dengan status tertentu, yang dimiliki seseorang.
Status sosial dapat dibedakan atas dua macam menurut proses perkembangannya, yaitu sebagai berikut :
1)      Status yang diperoleh atas dasar keturunan (Ascribed-Status). Padaumumnya status ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang menganut stratifikasi tertutup, misalnya masyarakat feodal atau masyarakat yang menganut paham rasialisme. Contoh lain, seorang suami telah dikodratkan mempunyai status berbeda dengan istri dan anak-anaknya dalam keluarga, paling tidak secara fisik seorang laki-laki apa adanya. Kendatipun emansipasi telah dapat menyamai kaum laki-laki di bidang lain, seperti pendidikan, politik, pekerjaan dan jabatan, akan tetapi tidak menyamainya dalam hal fisik dan biologis.
2)      Status yang diperolea atas dasar usaha yang disengaja (Achieved-Status), status ini dalam perolehannya berbeda dengan status atas dasar kelahiran, kodrat atau keturunan, status ini bersifat lebih terbuka, yaitu atas dasar cita-cita yang direncanakan dan diperhitungkan dengan matang. Individu dan segenap anggota masyarakat berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri dalam memilih status tertentu sesuai dengan kemampuannya sendiri. Setiap orang dapat menjadi hakim, menteri, dokter, guru besar, dan sebagainya, asal ia dapat memenuhi syarat-syarat tertentu dalam usaha dan kerja keras dalam proses pencapaian tujuannya itu. Mayor Polak membedakan lagi atas satu macam status, yaitu status yang dberikan (Assigned-Status). Status ini sering mempunyai hubungan erat dengan achieved status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang dianggap telah berjasa, telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
PERANAN SOSIAL
Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan status sosialnya. Seseorang dapat dikatakan berperanan jika dia sudah menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya di dalam masyarakat. Jika seseorang mempunyai status tertentu dalam kehidupan masyarakat, maka selanjutnya ada kecenderungan akan timbul suatu harapan-harapan baru. Dari harapan-harapan ini seseorang kemudian akan bersikap dan bertindak atau berusaha untuk mencapainya dengan dengan cara dan kemampuan yang dimiliki. Dengan singkat, peranan dapat dikatakan sebagai sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan statusnya di dalam masyrakat. Atas dasar definisi tersebut maka peranan dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis dari status.
Ciri pokok yang berhubungan dengan istilah peranan sosial adalah terletak pada adanya hubungan-hubungan sosial seseorang dalam masyarakat yang menyangkut dinamika dari cara-cara bertindak dengan berbagai norma yang berlaku dalam masyarakat sebagaimana pengakuan terhadap status sosialnya. Sedangkan fasilitas utama seseorang yang akan menjalankan peranannya adalah lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat. Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk pelaksanaan suatu peranan. Menurut Levinson, bahwa peranan mencakup tiga hal, pertama, peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua, peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga, peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peranan seseorang lebih banyak menunjukkan suatu proses dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri dalam lingkungan sosialnya. Dalam pembahasan tentang aneka macam peranan yang melekat pada individu – individu dalam masyarakat, Soerjono mengutip pendapat Marion J. Levy, bahwa ada beberapa pertimbangan sehubungan dengan fungsinya, yaitu sebagai berikut :
a)      Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b)      Peranan tersebut seyogianya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka harus telah terlebih dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk melaksanakannya.
c)      Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, oleh karena mungkin pelaksanaanya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan-kepentingan pribadinya.
d)      Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan mampu memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahakan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut.
KELOMPOK SOSIAL
Secara sosiologis, istilah kelompok mempunyai pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi, di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya perasaan bersama. Dalm buku Sociology An Introduction. Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren (1984), menyatakan bahwa satu kelompok meliputi satu atau dua lebih manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
Menurut Wila Huky (1982), bahwa kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi, Wila Huky juga menuliskan beberapa ciri dasar suatu kelompok yang salah satunya adalah kelompok merupakan suatu kesatuan dalam dirinya sendiri, ia memiliki warna dan ciri sendiri yang berbeda dari yang lain dan bahkan berbeda dengan anggota-anggotanya secara pribadi. Karena itu, kelompok tidak dapat semata-mata dipahami melalui perbedaan kualitas dan ciri dari para anggota. Kelompok dapat dipahami melalui struktur yang ada di dalamnya sebagai suatu unit yang utuh. Manusia sebagai anggota kelompok tentu harus tunduk dengan berbagai norma atau kaidah sosial yang berlaku, sehingga setiap tindakan individu senantiasa mencerminkan kepentingan keompoknya.
Menurut Abdul Syani (1987), bahwa ada sejumlah rangkaian atau sistem yang dapat menyebabkan kelompok dikatakan berstruktur, yaitu :
1)      Adanya sistem dari status-status para anggotanya, seperti sebuah organisasi pemuda misalnya. Ia memiliki susunan pengurus yang merupakan suatu rangkaian yang bersifat hierarkis.
2)      Terdapat atau berlakunya nilai-nilai, norma-norma dalam mempertahankan kehidupan kelompoknya, artinya struktur selalu selalu diutamakan kestabilanya.
3)      Terdapat peranan-peranan sosial (social role) yang merupakan aspek dinamis dari struktur.
PROSES TERBENTUKNYA KELOMPOK SOSIAL
Terbentuknya kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama, itulah sebabnya maka dalam masyarakat, manusia dapat dipersamakan dengan masyarakat binatang. Manusia sejak dilahirkan di dunia ini sudah mempunyai kecenderungan atas dasar nalurinya secara biologis untuk hidup berkelompok.
Ada dua hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berkelompok :
1)      Hasrat untuk berstu dengan manusia-manusia lain di sekitarnya.
2)      Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam di sekitarnya.
Menurut Soerjono Soekanto, bahwa himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan tertentu, yaitu antara lain :
1)      Setiap angota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
2)      Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya, dalam kelompok itu.
3)      Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertanbah erat.
4)      Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
MACAM-MACAM KELOMPOK SOSIAL
1)      Kelompok kekerabatan
Dalam kehidupan masyarakat yang masih sederhana atau paling tidak, kelompok yang memiliki jumlah anggota terbatas, biasanya hubungan antara masing-masing anggotanya saling mengenal secara mendalam. Yang menjadi dasar kekuatan ikatan kelompok ini adalah sistem kekerabatan, terdiri dari anggota keluarga, termasuk pula atas dasar persamaan pekerjaan. Ciri yang tidak disadari dari kelompok ini ialah barangsiapa yang telah mendapatkan pertolongan, maka pada waktu tertentu, dirasakan sangat tidak pantas apabila tidak membalas bantuan yang pernah diterimanya.
2)      Kelompok utama dan kelompok sekunder
Kelompok utama dan kelompok sekunder, secara sosiologis dapat disebut dapat sebagai we feeling, di mana para anggotanya memiliki perasaan yang sangat besar terhadap kelompoknya. Para anggotanya saling membagi pengalaman, berencana dan memecahkan masalah bersama serta berusaha bersama dalam memenuhi kebutuhan bersama. Pengertiannya relatif sama, pembedanya, kelompok kecil di mana hubungan antar anggotanya lebih dekat (face to face), sedangkan kelompok-kelompok yang lebih besar, di mana hubungan antar anggotanya lebih jauh dan lebih luas.
3)      Gemeinschaft dan Gesselschaft
Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan bersama di mana para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta, dan rasa kekuatan batin yang telah dikodratkan, bersifat nyata dan organis.
Gemeinschaft mempunyai mempunyai beberapa ciri pokok, antara lain :
a)      Intimate, artinya hubungan yang menyeluruh dan mesra sekali
b)      Private, artinya hubungan bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja.
c)      Exclusive, artinya bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja, dan tidak untuk orang-orang lain di luar kita.
Gemeinschaft juga dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1)      Gemeinschaft by blood, yaitu ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contohnya keluarga, dan kelompok kekerabatan.
2)      Gemeinschaft of place, yaitu suatu ikatan yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggalnya, sehingga dapat salin menolong. Contohnya adalah Rukun Tetangga, Rukun Warga, arisan.
3)      Gemeinschaft of mind, yaitu ikatan antara orang yang tidak sama tempat tinggalnya, maupun hubungan darahnya, namun memiliki ideologi yang sama.
Sementara itu yang disebut Gesselschaft adalah kelompok yang didasari oleh ikatan lahiriah yang jangka waktunya hanya terbatas. Menurut Tonnies, Gesselschaft hanya bersifat pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan sebagai sebuah mesin. Gesselschaft hanya mempunyai kepentingan-kepentingan yang bersifat rasional, artinya kepentingan-kepentingan perorangan berada di atas kepentingan kelompok, sedangkan unsur-unsur kehidupan lainnya hanya merupakan alat-alat belaka. Adapun perbedaannya secara jelas dapat dilihat sebagai berikut :
a)      Gemeinschaft :
1)      Personal.
2)      Informal.
3)      Tradisional.
4)      Sentimental.
5)      Umum.
b)      Gesselscaht :
1)      Impersonal ( kurang berkepribadian yang jelas ).
2)      Formal.
3)      Nilai guna (utilitarian ).
4)      Realistik.
5)      Khusus.
4)  Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang sengaja diciptakan dan didasarkan pada aturan-aturan yang tegas. Aturan-aturan yang ada dimaksudkan dimaksudkan sebagai sarana untuk mengatur hubungan antar anggotanya da dalam setiap usaha mencapai tujuannya. Status-status yang dimiliki oleh anggota-anggotanya diatur pula sesuai dengan pembatasan tugas dan wewenangnya. Sebagai contohnya adalah instansi pemerintah. perguruan tinggi, dan lain-lain.
Sedangkan kelompok informal adalah kelompok-kelompok yang terbentuk karena kuantitas pertemuan yangcukup tinggi dan berulang-ulang. Setiap pertemuan dilakukan atas dasar kepentingan dan pengalaman masing-masing yang relatif sama. Dalam kelompok informal, juga terdapat klik (qliques), yaitu kelompok yang terikat kuat atas dasar persahabatan atau kepentingan bersama dan mempunyai perasaan kelompok yang sangat kuat.
5) Membership group dan Reference group
Mengutip pendapat Robert K. Merton, bahwa membership group adalah kelompok di mana setiap secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Sebenarnya pengertiannya sama dengan apa yang disebut informal group, namun dalam kelompok ini anggotanya sering melakukan interaksi untuk membentuk kelompok-kelompok tersendiri, dan ukuran keanggotaan dalam kelompok adalah interaksinya dengan kelompok sosial tersebut, termasuk para anggotanya, artinya terlepas dari apakah seseorang masih termasuk sebagai anggota atau tidak.
Reference group adalah kelompok sosial yangdijadikan sebagai perbandingan atau contoh bagi seseorang yang bukan sebagai anggotanya, kemudian seseorang yang bersangkutan melakukan identifikasi dirinya. Secara umum, kelompok referensi merupakan kelompok yang menurut pandangan seseorang mengakui, menerima dan mengidentifikasikan dirinya tanpa garus menjadi anggotanya. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengutip pendapat Robert K. Merton, bahwa ada dua tipe umum dari reference group, yaitu :
1) Tipe normatif (normative type ) yang menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang.
2) Tipe perbandingan ( comparison type) yang merupakan suatu pegangan bagi individu di dalam menilai kepribadiannya.
Tipe pertama, merupakan sumber bagi nilai-nilai individu –individu baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota kelompok tersebut. Misalnya seorang anggota angkatan bersenjata berpegang teguh terhadap tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.

Tipe kedua, merupakan perbandingan untuk memberi kedudkan seseorang, misalnya status ekonomi seseorang dibandingkan dengan status ekonomi orang lainyang semasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar